Pembelajaran
Sosial dan Emosional (PSE)
Menurut Ki Hajar
Dewantara, pengajaran budi pekerti tidak lain adalah menyokong perkembangan
hidup anak-anak lahir dan batin, dari sifat kodrati menuju arah peradaban dalam
sifatnya yang umum. Pengajaran ini berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa
dengan memperhatikan tingkatan perkembangan jiwa mereka (Ki Hajar Dewantara
dalam Mustofa, 2011).
Dalam rangka
pembelajaran tentang batin dapat dilakukan dengan Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE). PSE merupakan pembelajaran yang memberikan bekal berupa keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki
kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang berkarakter
baik.
Pembelajaran Sosial dan
Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh
komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di
sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif
mengenai aspek sosial dan emosional.
Pembelajaran
sosial dan emosional bertujuan:
1.
memberikan pemahaman, penghayatan dan
kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
2.
menetapkan dan mencapai tujuan positif
(pengelolaan diri)
3.
merasakan dan menunjukkan empati kepada
orang lain (kesadaran sosial)
4.
membangun dan mempertahankan hubungan
yang positif (keterampilan membangun relasi)
5.
membuat keputusan yang bertanggung
jawab. (pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab)
Implementasi
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dapat dilakukan dengan 4 cara:
a.
Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional
(KSE) secara spesifik dan eksplisit
b.
Mengintegrasikan Kompetensi Sosial
Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid
c.
Mengubah kebijakan dan ekspektasi
sekolah terhadap murid
d.
Mempengaruhi pola pikir murid tentang
persepsi diri, orang lain dan lingkungan.
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) diawali dengan
adanya kesadaran penuh (mindfulness). Kesadaran penuh (mindfulness) menurut
Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran
yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi
saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan
Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran
(awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment),
rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion). Artinya ada
keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan
rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang
dilakukan.
Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang
sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau
dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Intinya
adalah adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin
tahu dan kebaikan.
Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi
sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan
tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid
bahkan juga untuk orangtua.
kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan.
Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang
berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan
menyadari napas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement),
yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan;
latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat
berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening
the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di
ujung jari, dan sensori peraba kita.
Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan
sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar juga dapat
diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari napas.
Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika ia
fokus situasi saat ini dan masa sekarang,
Cara termudah untuk membuat pikiran dan perasaan Anda berada pada saat
ini dan masa sekarang adalah dengan menyadari napas.
Untuk membangun kesadaran penuh dapat dilakukan
dengan STOP (Stop-Take a deep breathe-Observe-Proceed / Berhenti-Tarik Nafas
Dalam-Amati-Lanjutkan). Latihan ini dapat membantu meredakan ketegangan /
stress, sehingga dapat mengembalikan fokus.
Mengingat keterbatasan waktu, pembelajaran 5 Kompetensi Sosial Emosional
(KSE) secara eksplisit dalam modul 2.2 ini akan berfokus pada 5 kompetensi
seperti yang terdapat pada Gambar 4:
Pengelolaan Emosi dan Fokus
Empati
Kemampuan kerja sama dan resolusi konflik
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Pengenalan Emosi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar