Minggu, 19 Juni 2022

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

No.

Komponen

Penjelasan tentang Komponen

1.

Judul Program atau

Kegiatan

“Green House”

2.

Tujuan Program

Menciptakan lingkungan sehat yang nyaman untuk wahana kegiatan belajar.

3.

Latar Belakang

Lingkungan yang kurang terawat, belum ada wahana pembelajaran lingkungan biotik

4.

Capaian, Langkah-langkah dan hasil

yang diharapkan

untuk tiap tujuan.

Terwujudnya lingkungan belajar yang nyaman, rindang, dan asri.

 

5.

Struktur Program

dan Mitra

Lingkungan kelas yang nyaman, ridang, asri.

Semua murid dalam kelas

Wali Kelas

CGP

Kepala Sekolah

6.

Pernyataan tentang

kapasitas yang

dimiliki kelas/

sekolah

Kesediaan seluruh anggota kelas untuk ikut berpartisipasi terbentuknya lingkungan kelas yang nyaman, rindang, asri

7.

Rencana Evaluasi

Evaluasi keterlaksanaan program dilaksanakan setiap bulan.

Hasil dan progres keterlaksanaan program

8.

Kemungkinan

Tantangan

Kesadaran penuh semua anggota kelas untuk terlibat secara maksimal

 

Senin, 25 April 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan, serta memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya.

Karena pendidik hanya mengarahkan, maka untuk pendidik hanya memiliki kesempatan sebgaimana Pratap Trilogi, yakni Ing ngarso Sung Tuladha (pemimpin mampu memberi contoh/tauladan yang baik kepada muridnya), Ing Madya Mangun Karsa (mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat/motivasi),  dan Tut Wuri Handayani (pemimin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya). Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid yang merupakan subyek dalam system pendidikan.

 

 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Disadari atau tidak setiap individu termasuk juga guru memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai yang sifatnya berupa kebajikan universal meliputi hal-hal seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.

Nilai-nilai positif yang tertanam kuat dalam diri kita penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang  akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga sekolah.

 

 

Dalam kesehariannya menjalankan tugas, tidak jarang seorang guru berada dalam posisi yang menuntutnya untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat. Maka di sinilah nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong kita untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid, seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama.

 

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching merupakan keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. 

Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil. 

Guru sebagai pendidik dan pemimimpin pembelajaran sudah sepatutnya meluangkan waktunya untuk menjalankan proses coaching demi terciptanya iklim pendidikan yang berpihak pada murid. Model coaching yang tepat untuk dilakukan adalah coaching model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana, dan Tanggung jawab)

 

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas sudah seyogyanya harus bisa mengetahui dan memahami kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi mereka untuk sekarang maupun yang akan datang. Guru juga penting untuk  memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.   

Sebagai pendidik, Guru hendaknya memilki kemampuan dalam mengenali karakter murid sekaligus membimbingnya agar memiliki karakter yang  lebih baik.  Guru hendaknya memerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran Sosial Emosional. Dengnan Pembelajaran Sosial Emosional diharapkan murid memiliki serta mampu : 1. Kesadaran Diri, 2) Pengelolaan Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Membangun Relasi, dan 5) Mampu Mengambil Keputusan yang Bertanggung jawab.

 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Guru sebagai pemimpin pembelajar sering dihadapkan pada berbagai pilihan. Pilihan-pilihan itu bisa berkaitan dengan dilema etika, bisa juga merupakan bujukan moral. Untuk itu, diperlukan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil suatu keputusan yang tepat.

Untuk mengambil keputusan yang tepat hendaknya dilakukan berbagai analasis. Pengambilan keputusan hendaknya dianalisa dengan memperhatikan :1)  4 paradigma (1. Individu lawan masyarakat (individual vs community), 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)) dan mengikuti 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan : 1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4. Pengujian benar atau salah : (1. Uji Legal, 2. Uji Regulasi/Standar Profesional, 3. Uji Intuisi, 4. Uji Publikasi, 5. Uji Panutan/Idola), 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, 6. Melakukan Prinsip Resolusi : Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), 7. Investigasi Opsi Trilema, 8. Buat Keputusan, 9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara cermat dan terlebih dahulu menganalisis berbagai aspek dan sudut pandang. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan kondusif karena kita sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada disekolah/lingkungan asal. 

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terelebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral.

Kemudian pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dengan  mempertimbangkan empat paradigma dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. 

 

Kita juga harus melihat prisip pengambilan keputusan yang paling tepat, apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan dan pengusian keputusan yang benar, sehingga pada akhirnya guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran  mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid dan lingkungan sekolahnya.

7. Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagai seorang guru tentunya mengalami dan diperhadapkan dengan berbagai permasalahan dari waktu ke waktu yang menuntut dilakukannya pengambilan sebuah keputusan. Permasalahan dan situasi yang dihadapi perlu untuk dicermati dan dianalisis dengan seksama agar kita tidak terjebak pada pengambilan suatu keputusan yang salah karena kurang mampu dalam menelaah situasi yang dihadapi secara jelas apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Ketika dihadapkan dengan situasi dilema etika tentu adakalanya kita mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan tersebut. Kesulitan muncul bisa disebabkan karena berbagai faktor misalnya, karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang dihadapi, kekhawatiran apakah keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat dan dapat mengakomodir kepentingan orang banyak serta tidak mencederai pihak lainnya, dan adanya perbedaan mindset dan sudut pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap pihak yang terlibat.

 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu akan mempengaruhi pola pengajaran yang kita lakukan terhadap murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya sebagai mana filosofi Ki Hajar Dewantara. Sekaligus mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Guru Sebagai Pemimpin Pembelajaran merupakan pilar utama dalam dunia pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid memiliki peran strategis dalam mengembangkan potensi murid. Diperlukan berbagai kemampuan dan keterampilan yang dapat medukung peran guru.

Semua modul yang dipelajari merupakan langkah-langkah dalam rangka mewujudkan merdeka belajar yang berpihak pada murid dalam rangka menciptakan profil pelajar pancasila.

Senin, 18 April 2022

 

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

 

Diklat Program Guru Penggerak (PGP) merupakan program Kemendikbud yang sangat luar biasa. Program ini memberi bekal pada para guru dalam melakukan perubahan pembelajaran. Diharapkan dapat menibgkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Guru Penggerak diharapkan menjadi motor perubahan di lingkungan sekolahnya, sehingga semua guru dapat menjadi penggerak di manapun berada.

Berbagai materi dan pelatihan telah diberikan selama diklat. Semua materi memberikan pelatihan agar guru menjadi pemimpin-pemimpin pembelajaran.

Untuk mengambil keputusan hendaknya memperhatikan :

Empat Paradigma Dilema Etika

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema

etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

Adapun langkah dalam Pengambilan dan Pengujian Keputusan

1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4. Pengujian benar atau salah

1. Uji Legal

2. Uji Regulasi/Standar Profesional

3. Uji Intuisi

4. Uji Publikasi

5. Uji Panutan/Idola

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang

Anda hadapi ini?

- Individu lawan masyarakat (individual vs community)

- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

6. Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7. Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita

perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

8. Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

 

Sebagai pemimpin-peimpin pembelajar, mulai sekarang dan seterusnya, saya akan menerapkan langkah-langkah seperti di atas dalam pengambilan keputusan.

 

Dalam pengambilan keputusan, saya akan meminta pendampingan dari atasan saya dan juga orang-orang yang lebih paham pada permasalahan dan orang-orang yang membantu dalam aktivitas saya.

Minggu, 17 April 2022

 

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyesuaikan kebutuhan murid. Untuk itu, perlu dilakukan pemetaan terhadap karakter murid.

Pemetaan kebutuhan murid dilihat dari 3 aspek:

1.      Kesiapan Belajar

2.      Minat

3.      Profil Belajar

Strategi Difernsiasi:

1.      Diferensiasi konten (apa yang kita ajarkan kepada murid:tanggapan, minat, profil belajar yang berbeda, kombinasi ketiganya). Alat ukur equalizer/pemilah. Memberi tantangan, pertanyaan pemandu,

2.      Diferensiasi proses

3.      Diferensiasi produk

Agar dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, perlu mempelajari kondisi sosial dan emosional murid.

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuanketerampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan:

1.      memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)

2.      menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

3.      merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4.      membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)

5.      membuat keputusan yang bertanggung jawab.  (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

 

Perbedaan-perbedaan karakter murid, tentu akan muncul berbagai permasalahan yang digahadapi. Dengan permasalahan yang dihadapi muri, murid diharapkan mampu mengatasi permasalahan itu sendiri dengan sedikit bantuan.

Untuk menangani permasalahan-permasalahan itu, guru harus mampu menjadi coaching. Coaching merupakan upaya penyelesaian masalah dengan menggali potensi-potensi yang ada pada coachee (murid). Salah satu model coaching yang dipelajari adalah Model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana, dan Tanggung jawab).

 

 


Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)

 “Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “Tri Sakti”, yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan.  Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.”

Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran budi pekerti tidak lain adalah menyokong perkembangan hidup anak-anak lahir dan batin, dari sifat kodrati menuju arah peradaban dalam sifatnya yang umum. Pengajaran ini berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa dengan memperhatikan tingkatan perkembangan jiwa mereka (Ki Hajar Dewantara dalam Mustofa, 2011).

Dalam rangka pembelajaran tentang batin dapat dilakukan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). PSE merupakan pembelajaran yang memberikan bekal berupa keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang berkarakter baik.

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan:

1.        memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)

2.        menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

3.        merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4.        membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)

5.        membuat keputusan yang bertanggung jawab.  (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

 

Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)  dapat dilakukan dengan 4 cara:

a.         Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)  secara spesifik dan eksplisit

b.        Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid

c.         Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid

d.        Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) diawali dengan adanya kesadaran penuh (mindfulness). Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan

Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan.

Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Intinya adalah adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua.

kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari napas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita.  Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar juga dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari napas.

Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika ia fokus situasi saat ini dan masa sekarang,  Cara termudah untuk membuat pikiran dan perasaan Anda berada pada saat ini dan masa sekarang adalah dengan menyadari napas.

 

Untuk membangun kesadaran penuh dapat dilakukan dengan STOP (Stop-Take a deep breathe-Observe-Proceed / Berhenti-Tarik Nafas Dalam-Amati-Lanjutkan). Latihan ini dapat membantu meredakan ketegangan / stress, sehingga dapat mengembalikan fokus.

Description: Jurnal Refleksi Minggu ke-12 Modul 2.2: Pembelajaran Sosial Emosional –  widayati izwa

 

 

 

Mengingat keterbatasan waktu,  pembelajaran 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara eksplisit dalam modul 2.2 ini akan berfokus pada 5 kompetensi seperti yang terdapat pada Gambar 4:

 

Pengelolaan Emosi dan Fokus

Empati

Kemampuan kerja sama dan resolusi konflik

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Pengenalan Emosi

 

Description: t Sains//Selamat Datang di Sahaba

 

 

Modul 3.1.A. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pada modul ini dipelajari cara-cara mengambil keputusan terhadap permasalah yang dihadapi. Di awali dengan mempelajari dilema etika dan bujukan moral. Diberikan contoh-contoh peristiwa yang mengandung dilma etika dan bujukan moral .

Empat Paradigma Dilema Etika

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat Anda lakukan. Anda dapat memilih salah satu dari kasus-kasus yang telah dibahas sebelumnya di modul ini untuk Anda gunakan sebagai contoh.

1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi..

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebutpenting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

4. Pengujian benar atau salah

1. Uji Legal

Pertanyaan penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.

2. Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

3. Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihatdilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

4. Uji Publikasi

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.

5. Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda. Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir. 

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang

Anda hadapi ini?

- Individu lawan masyarakat (individual vs community)

- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan

permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betulbetul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6. Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7. Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita

perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita,

apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah

penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di

tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi

opsi trilema.

8. Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang

membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil

pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah

metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan

keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih

menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting

dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan

keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Artikel disarikan dari Buku “How Good People Make Tough Choices: Resolving the Dilemmas of

Ethical

Juga mplajari tentang konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Juga diperjelas dengan kolaborasi dengan fasilitator dan diskusi bersama rekan CGP.

Suasana yang hangat dan menyenangkan.

Demikian, yang dapat saya pahami dalam sepekan ini.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.